"saya lebih baik dari mereka" sebuah renungan
Superiority complex adalah suatu sikap diri yang merasa lebih unggul dari orang lain. Seperti yang dikutip dari web alodokter "Superiority complex pertama kali dijelaskan oleh seorang psikolog bernama Alfred Adler. Menurutnya, perilaku superiority complex sebenarnya hanyalah mekanisme pertahanan seseorang untuk menyembunyikan rasa rendah diri. Boleh dibilang orang dengan superiority complex sering bersikap sombong pada orang di sekitarnya dan menganggap orang lain tidak berharga hanya untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya."
Dalam Islam, superiority complex ini mungkin bisa disamakan dengan sikap ujub, yaitu salah satu sikap yang termasuk dalam sikap tercela, lantas, apakah ujub itu? Ujub adalah kata serapan dari bahasa Arab yang artinya keangkuhan, kesombongan atau rasa bangga (KBBI).
Dalam Kehidupan sehari-hari sikap ujub sering tanpa sadari kita lakukan contoh paling mudah adalah, ketika orang lain melakukan kesalahan, kita kadang merasa diri lebih baik karena tidak melakukan kesalahan tersebut, lantas bagaimanakah untuk menghidarkan diri dari bersikap ujub dan bangga diri? dikutip dari Umroh.com, Imam Al Ghazali memberikan tips sederhana cara agar dapat menghindari sifat ujub dalam diri Ketika memandang orang lain, pandanglah bahwa mereka pasti lebih baik dari dirimu
- Bila kamu bertemu anak kecil, ingatlah bahwa ia pasti lebih baik dari kita. Dosa anak-anak kecil tidak sebanyak dirimu. Umurnya yang masih muda memungkinkan ia belum pernah bermaksiat kepada Allah. Sementara diri kita yang sudah lebih berumur, tentu dosa dan maksiat yang dilakukan lebih banyak.
- Bila bertemu orang yang lebih tua, sadarilah bahwa ia pasti lebih baik dari kita. Umurnya yang lebih banyak dibanding kita membuatnya lebih banyak melakukan ibadah dibanding kita.
- Ketika bertemu orang berilmu, pandanglah ia sebagai seseorang yang telah menerima anugerah yang tidak Allah titipkan kepada kita. Ia lebih banyak menjangkau dari apa yang kita capai. Tentu saja ia mengetahui lebih banyak hal dibanding apa yang kita ketahui. Pemikiran ini pastinya tidak akan membuat kita merasa sepadan, apalagi merasa lebih baik dari dirinya.
- Jika bertemu dengan orang yang dianggap bodoh, ingatlah bahwa jika ia berbuat kesalahan atau bermaksiat, ia melakukannya karena ketidaktahuannya. Sementara kita yang lebih tahu, tentu akan bermaksiat dengan keilmuan yang kita ketahui. Inilah yang akan membuat kita menerima penghitungan yang lebih di akhirat kelak.
- Apabila bertemu dengan orang yang kafir, berprasangka baiklah, karena kita tidak tahu akhir hayat seseorang. Orang yang hari ini kafir, bisa jadi suatu hari menerima hidayah dan Islam, menumbuhkan ketaatan yang lebih dalam, lalu meninggal dengan amalan terbaiknya. Jika ini terjadi, ia akan keluar dari dosa-dosa masa lalu sebagaimana keluarnya sehelai rambut dari adonan roti. Sangat mudah. Sementara kita yang dengan ijin Allah telah beriman, bisa jadi akan tersesat di ujung usia, sehingga menjadi kafir. Kemudian meninggal dengan amal terburuk (Su’ul Khotimah).
Comments
Post a Comment